Penulis : Dr. Putu Yudha Asteria Putri, S.E., M.Si
Denpasar, 1 Agustus 2025 – Upaya pelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat terus digaungkan oleh kalangan akademisi dan komunitas lokal di Bali. Salah satu inisiatif nyata dilakukan melalui program pengabdian masyarakat yang bertajuk “Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu dan Kopi sebagai Produk Bernilai Tambah dalam Mendukung SDGs 12”, yang dilaksanakan di Desa Padangsambian.
Program ini digagas oleh tim akademisi dari Universitas Warmadewa bekerja sama dengan warga dan pelaku usaha lokal, sebagai bentuk implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan ke-12: Responsible Consumption and Production. Menurut ketua pelaksana program, Dr. Putu Yudha Asteria Putri, S.E., M.Si., limbah ampas tebu dan kopi selama ini kerap dianggap tak bernilai dan hanya dibuang. Padahal, kedua jenis limbah ini memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk ramah lingkungan yang bernilai ekonomi tinggi. “Kami memberikan pelatihan sederhana kepada masyarakat tentang cara mengolah limbah tersebut menjadi kertas kemasan, briket, pupuk, hingga kerajinan kreatif yang bisa dijual kembali,” ujarnya.
Desa Padangsambian dipilih karena memiliki potensi industri rumah tangga berbasis tebu dan kopi yang cukup tinggi. Di sisi lain, sebagian besar limbah organik di Bali masih belum tertangani dengan baik. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bali, lebih dari 60% sampah di Bali merupakan limbah organik. Melalui kegiatan ini, masyarakat tidak hanya diajak untuk lebih peduli pada lingkungan, tetapi juga diberi peluang untuk mengembangkan usaha berbasis bahan baku lokal.
Program ini juga mendorong kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, pelaku industri, dan komunitas setempat dalam membangun ekonomi sirkular yang berkelanjutan. Program ini mendapat respons positif dari masyarakat. Beberapa warga bahkan mulai memproduksi kemasan berbahan limbah kopi dan tebu untuk kebutuhan pasar UMKM. Selain berdampak pada pengurangan volume limbah, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi cikal bakal terbentuknya unit usaha mandiri berbasis lingkungan di tingkat desa.