September 12, 2025

Gianyar, 3 Agustus 2025 — Sebagai bentuk tanggung jawab tridharma perguruan tinggi, sekelompok dosen dari Universitas Warmadewa melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat Industri Rumah Tangga Melalui Pemasaran Digital, Keselamatan Kerja (K3) dan Participatory Approach Untuk Peningkatan Produktivitas Pada Kelompok Pengerajin Pisau Swandya Prapen di Desa Sukawati.”
Kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya penguatan kapasitas kelompok pengrajin tradisional Bali, khususnya mereka yang tergabung dalam komunitas Swandya Prapen, sebuah kelompok pengrajin pisau berbasis kearifan lokal yang telah eksis secara turun temurun di Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali.


Industri rumah tangga pengrajin pisau di Desa Sukawati dikenal luas karena keunikan produknya yang bernilai seni tinggi dan bercirikan warisan budaya Bali. Namun, dalam era digital dan kompetitif dewasa ini, keberlanjutan usaha tradisional menghadapi tantangan besar, seperti keterbatasan akses pasar, minimnya pengetahuan digital, rendahnya kesadaran akan keselamatan kerja, serta belum optimalnya keterlibatan masyarakat dalam proses pengembangan usaha.


Melalui program PKM ini, tim pelaksana ingin menjawab permasalahan tersebut dengan pendekatan partisipatif, yang mengintegrasikan aspek pemasaran digital, penerapan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), serta strategi participatory approach, yakni metode pemberdayaan yang mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam seluruh proses perubahan.


Tahapan Kegiatan: Kolaborasi yang Bertahap dan Terstruktur
Program ini dilaksanakan secara bertahap dengan lima rangkaian kegiatan utama.
Kegiatan dibuka dengan sosialisasi kepada seluruh anggota kelompok Swandya Prapen, yang bertempat di Br. Dlodpangkung, Desa Sukawati. Dalam kegiatan ini, tim pengabdian memperkenalkan tujuan program, manfaat yang diharapkan, serta menjelaskan pentingnya kolaborasi antara akademisi, masyarakat, dan pemerintah desa. Sosialisasi ini juga menjadi media untuk menggali masukan dari para pengrajin terkait kebutuhan dan hambatan yang mereka alami dalam mengembangkan usahanya.


Tahap kedua difokuskan pada peningkatan kapasitas individu melalui pelatihan dua topik utama. Pertama, pelatihan pemasaran digital yang mencakup pembuatan konten promosi, penggunaan media sosial, dan pengelolaan marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dan Instagram Shop. Kedua, pelatihan K3 untuk mengedukasi pengrajin terkait standar keselamatan dalam bekerja, penggunaan alat pelindung diri (APD), Penerapan Teknologi
Setelah menerima pelatihan, para pengrajin mulai menerapkan hasil pembelajaran dalam aktivitas sehari-hari. Tim pengabdian memberikan bantuan teknis berupa instalasi perangkat lunak, pembuatan akun media sosial dan marketplace, serta penyusunan SOP kerja yang memperhatikan aspek K3. Tahapan ini menjadi bukti nyata bahwa transformasi digital dan budaya kerja yang aman bisa dimulai dari skala rumah tangga.


Pendampingan dilakukan selama empat minggu berturut-turut melalui kunjungan lapangan dan monitoring intensif. Selama pendampingan, tim memberikan umpan balik atas konten promosi yang dibuat oleh pengrajin, melakukan simulasi penjualan online, dan meninjau penerapan prosedur keselamatan kerja. Evaluasi dilakukan menggunakan instrumen sederhana yang mengukur perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku kerja pengrajin sebelum dan sesudah program. Sebagai tahap akhir, disusunlah rencana keberlanjutan program melalui kerja sama dengan stakeholder.

 

Program ini membawa dampak positif yang signifikan. Berdasarkan hasil evaluasi, lebih dari 80% anggota kelompok menyatakan mengalami peningkatan pemahaman tentang pemasaran digital dan keselamatan kerja. Dalam aspek K3, kelompok mulai menerapkan pemisahan antara area produksi dan area keluarga, menggunakan alat pelindung diri, serta memperbaiki pencahayaan dan ventilasi ruang kerja. Hal ini tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga mengurangi risiko kecelakaan kerja.


Selain itu, pendekatan partisipatif yang digunakan mendorong rasa memiliki dan inisiatif dari masyarakat.
I Made Suwandi, ketua kelompok Swandya Prapen, menyampaikan apresiasi atas program ini. “Kami merasa didampingi, bukan hanya diajari. Pendekatannya sangat cocok karena kami dilibatkan dari awal. Sekarang kami lebih percaya diri memasarkan produk kami ke luar daerah,” ujarnya.


Ke depan, kegiatan serupa perlu diperluas ke komunitas industri rumah tangga lainnya, dengan menyesuaikan karakteristik lokal dan kebutuhan spesifik masing-masing. Peran akademisi, pemerintah, dan sektor swasta menjadi sangat penting dalam membentuk ekosistem pemberdayaan yang kuat, berkelanjutan, dan berpihak pada pelaku ekonomi kecil di tingkat akar rumput.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *