OLEH TIM DOSEN FEB UNIVERSITAS WARMADEWA
SULANGAI—Universitas warmadewa diwakili oleh Tim Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang terdiri dari 3 orang, yaitu dua orang dosen manajemen dan 1 orang dosen akuntansi melakukan penyuluhan kepada mitra, yaitu kelompok industri rumah tangga jaje banten yang ada di Desa Sulangai, Petang-Badung. Kegiatan penyuluhan ini merupakan rangkaian dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dilakukan oleh civitas akademika Universitas Warmadewa sebagai wujud nyata komitmen dan kontribusi di tengah-tengah masyarakat. Kegiatan PKM ini dilaksanakan di Desa Sulangai pada hari Kamis, 20 Juni 2024. Pada kegiatan PKM ini, tim dosen FEB melaksanakan penyuluhan terkait dengan strategi perluasan pasar produk jaje banten dan pengelolaan keuangan usaha guna meningkatkan kesejahteraan kelompok ini.
Masyarakat Bali mayoritas beragama Hindu dan kegiatan keagamaan merupakan bagian penting dalam kehidupan Masyarakat sehari-hari. Salah satu sarana upacara yang selalu ada adalah jaje banten. Kebutuhan jaje banten akan meningkat pada hari raya seperti galungan, kuningan, pagerwesi dan hari penting lainnya yang berbeda di setiap desa adat. Kebutuhan ini merupakan peluang bagi industry rumah tangga (IRT) yang memproduksi jaje banten, termasuk industry rumah tangga jaje banten “Niang Wangi” yang berada di Banjar Sandakan, Desa Sulangai, Petang-Badung.
Jajanan utama yang diproduksi adalah Kelompok IRT jaje Banten Niang Wangi adalah jajanan untuk kegiatan keagamaan yaitu jaje uli dan jaje begina. Kelompok ini juga menerima pesanan jajanan khas bali lainnya seperti jaje sengait, jaje kipang, dan lainnya. Dengan adanya peluang kebutuhan jaje uli dan jaje begina yang senantiasa ada dan meningkat pada hari raya, saya rasa penting bagi kelompok ini untuk menyikapi hal tersebut. Kelompok ini harus memanfaatkan peluang dan mengembangkan potensi yang dimiliki guna meningkatkan penghasilan dan taraf hidup mereka. Saat ini penjualan produk jaje banten kelompok ini masih terbatas di banjar-banjar yang ada di Desa Sulangai. Perlu bagi kelompok ini untuk mulai memperluas penjualan produknya. Produk jaje banten kelompok ini tergolong produk sederhana tanpa unsur kreatifitas dan inovasi. Oleh karena itu, diperlukan strategi perluasan pasar yang efektif untuk mendukung peningkatan penjualan. Sebagai langkah awal dalam pengembangan strategi perluasan pasar, perlu untuk memperkenalkan produk dengan cara yang kreatif dan inovatif. Produk yang memberikan kesan yang berbeda dari produk lain akan menarik pembeli untuk memilih produk tersebut. Nantinya, setelah produk jaje banten ini dikenal dan memiliki pembeli tetap tentu akan memberikan penghasilan tambahan untuk kelompok ini, tutur Ida Ayu Agung Idawati, SE., MBA selaku ketua kegiatan PKM ini.
N. Paramananda, SE., MM selaku dosen manajemen pemasaran menambahkan bahwa dalam melakukan perluasan penjualan perlu diketahui bahwa strategi pemasaran adalah hal yang penting untuk dipahami. Langkah awal yang bisa dilakukan dalam menyusun strategi pemasaran produk jaje banten ini adalah memastikan bahwa kualitas produk baik dari segi bahan, rasa dan kemasan. Untuk memperkenalkan produk jaje banten dari kelompok ini diperlukan rancangan kemasan yang inovatif dan kreatif. Selain itu, kelompok ini bisa melakukan kerja sama dengan mitra, misalkan dengan para pedagang di pasar. Para anggota kelompok juga bisa memasarkan produknya di platform media sosial masing-masing. Penggunaan media sosial dapat membantu untuk menjangkau pembeli dari luar daerah dan ini tentu dapat memberikan peluang peningkatan keuntungan. “Sebagai kontribusi awal, kami akan membantu dalam desain tulisan pada kemasan untuk produk ini. Kami akan desain dan cetak berupa stiker. Stiker ini nanti bisa ditempelkan di produk”, ujarnya.
Selain strategi pemasaran, suatu usaha juga wajib memiliki catatan keuangan yang baik sebagai cerminan keadaan usahanya. A.A Ngurah Mayun Narindra, SE., M.Si., selaku dosen akuntansi, memberikan pelatihan kepada kelompok usaha jaje banten tentang pentingnya pencatatan keuangan. Beliau menekankan bahwa pengelolaan keuangan yang baik sangatlah penting untuk keberlangsungan usaha. Narindra menjelaskan cara sederhana untuk melakukan pencatatan keuangan, yaitu dengan mencatat uang masuk dan keluar setiap hari. Catatan ini harus mencakup biaya bahan baku, peralatan dan tenaga kerja. Dengan pencatatan ini, kelompok usaha jaje banten dapat mengetahui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan. Setelah mengetahui keuntungan atau kerugian selama beberapa waktu, kelompok ini diharapkan dapat menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkatkan keberlangsungan usahanya.
Tim PKM ini merasa senang dapat berbagi pengetahuan dengan kelompok industry rumah tangga jaje banten “Niang Wangi” selaku mitra dalam kegiatan PKM ini. “Kami berharap, apa yang telah kami berikan mampu mengedukasi dan dapat menjadi langkah awal yang positif bagi mitra guna pengembangan usaha industri rumah tangga jaje banten “Niang Wangi” ini”, tutup Ida Ayu Agung Idawati, SE., MBA